Minggu, 13 Juli 2008

Syiar Agama Chandra Motik

Nirmala Chandra Dewi Motik selama ini dikenal sebagai pengacara piawai. Kini ia sedang ikut menggodok RUU Kelautan bersama DPR-RI. Namun, di tengah kesibukan itu, wanita berusia 53 ini juga punya aktivitas lain. Yaitu mensyiarkan agama. Kegiatan baru ini adalah bagian dari program Yayasan Al-Yusuf, yang didirikan Chandra bersama sang suami, Yusuf Djemat, 25 Mei 2005. Di yayasan itu, Chandra bertindak sebagai sekretaris, sedangkan Yusuf menduduki posisi ketua.

Bersama timnya, Chandra membagi-bagikan cakram padat (CD) berisi ayat-ayat suci Al-Quran dalam berbagai bahasa, seperti Indonesia, Arab, Inggris, hingga Latin. Komplet 30 juz. CD itu juga dapat ditonton dan didengarkan, sehingga seseorang bisa cepat dan mudah mempelajari Al-Quran.

CD tadi dibagikan secara cuma-cuma kepada orang-orang di sekitar Chandra lebih dulu, baru kemudian ke lingkungan lebih luas. "CD itu tidak kami jual," ungkap Chandra kepada Natasha Lorisa Djasa dari Gatra. Hingga kini, Chandra telah menyebarkan sekitar 1.000 keping CD.

Lantas, mengapa ahli hukum kelautan ini sangat memberi perhatian pada aktivitas tersebut? Rupanya ia berkaca pada masa kecilnya dulu. "Bila tidak membaca Al-Quran atau menjalankan salat, saya bisa dimarahi orangtua," ujar peraih gelar doktor dari Kennedy Westerm University, Amerika Serikat, ini. Itulah yang diinginkan dari generasi sekarang. "Biar semua orang lebih mudah paham," katanya.

[Apa & Siapa, Gatra Nomor 33 Beredar Kamis, 28 Juni 2007]

H.B.R. MOTIK (5 November 1912 - 25 Agustus 1981) Tokoh Perintis Ekonomi Nasional


RIWAYAT HIDUP H.B.R. MOTIK ( 5 Nopember 1912 - 25 Agustus 1981)

KELUARGA
Beliau lahir di Bunga Mas, sebuah Desa yang terletak tidak jauh dari lereng Bukit Barisan Gunung Dempo, Lahat Sumatera Selatan pada tanggal 5 Nopember 1912. Beliau putera Pangeran Haji Abdurrahman, seorang Kepala Marga Tujuh Pucukan Suku Bunga Mas yang wilayahnya meliputi Kecamatan Kikim Timur waktu ini, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan.
Ibunda beliau Nyi Hajja Hasna yang juga puteri seorang Pasirah Ali Djaman di Cecar, sebuah daerah dekat Bunga Mas. Beliau adalah putera ke 4 ( empat ) dari 6 ( enam ) bersaudara yang terdiri dari 3 ( tig~ ) laki-laki dan 3 ( tiga ) perempuan.
Pada tahun 1942, beliau , menikah dengan Zainab ~ puteri Pangeran Haji Danal Kepala Marga Muara Enim. Dari perkawinannya, beliau dikarunia 8 (delapan) orang anak,. terdiri dari 3 (tiga) laki-laki dan 5 (lima)-perempuan, yaitu :
1. Prof. Dr.Hj. Kemala Motik Gafur & Suami Dr.H.Abdul Gafur
2. H. Kamarulzaman Motik (meninggal tahun 1986) & Istri Hj. Melanie Motik
3. Dr. Hj. Dewi Motik Pramono & Suami H. Pramono Soekasno
4. H. Sjahmar Fauzi Motik, BA (meninggal tahun 2005)
5. Hj. Nila Motik Abdulrachman, SH & Suami H. Amir Abdulrachman
6. Dr. Hj. Chandra Motik Yusuf, SH & Suami Dipl. Ing. H. Yusuf Djemat, MBA
7. Faizal Motik, SH & Istri Dr. Suryani Sidik F. Motik, MBA
8. Dr. Hj. Atitje Motik Adisuryo, Sp & Suami H. Benny Adisuryo

PENDIDIKAN
Setelah mengenyam pendidikan Sekolah Desa sampai kelas III di Bunga Mas, beliau melanjutkan pendidikan ke lahat sampai menamatkan HIS disana.
Pada tahun 1926 Mei 1930, beliau melanjutkan Sekolah Normaal School, Matraman di Batavia. Pada saat menempuh pendidikan di Normaal School ini, terjadi peristiwa yang jadi sumber inspirasi persatuan dan kesatuan nasional yaitu Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.
Jiwa kebangsaan beliau tergugah dengan adanya peristiwa Sumpah Pemuda tersebut. Melihat ketidak adilan yang dilakukan oleh para pengajar Normaal School, beliau memimpin pemberontakan sekolah. Hal tersebut mengakibatkan beliau dikeluarkan dari sekolah dan dikembalikan oleh pemerintah Belanda ke Lahat dikawal PID (Polisi Kolonial Belanda) untuk dikembalikan kepada orang tuanya Pangeran Abdurrahman, meskipun selama mengenyam pendidikan di Normaal School dan juga ketika masih sekolah di Desa serta di HIS Lahat, beliau selalu memperoleh nilai tertinggi.
Pada Juni 1930, beliau kembali ke Batavia dan melanjutkan sekolah di MULO. Tidak berapa lama di MULO, dengan pertimbangan bahwa pelajarannya masih dibawah Normaal School dan juga pengawasan yang amat ketat akibat pemogokan dan pemberontakan yang dilakukan beliau sebelumnya, rnaka beliau memutuskan untuk meneruskan sekolah ditaman Guru ( Kweek School) Perguruan Nasional Taman Siswa, Kemayoran. Keputusan untuk memilih ke Taman Siswa didorong terutama oleh rasa ketertarikan beliau memandang Taman Siswa sebagai Sekolah pergerakan pendidikan Kebangsaan.
Pada tahun 1932 beliau menamatkan pendidikan di Taman Guru (Kweek School) dan selanjutnya beliau menjadi guru di Taman Siswa Jakarta yang mengajar di TK (Taman Indria), Taman Muda (SD) dan Taman Dewasa (SMP) sampai tahun 1938.
Pada tahun 1938 beliau bersama beberapa teman guru beliau merintis pengembangan Perguruan Budiarti, Sawah Besar sampai tahun 1941. Sambil mengajar beliau juga belajar antara lain Diploma B-Boekhouden dan kursus Notaris 1 tahun. Disamping itu pada tahun 1935 beliau belajar bahasa Inggris pada Metropolitan English School. Dan pada tahun 1938 belajar ilmu dagang d~-t~gan diploma III e Jarige Openbare Avon Handelsleergang. Selain itu beliau juga menimba pengalaman Praktis dengan bekerja pada perusahaan TOOS.
III. USAHA
Selain di perusahaan TOOS beliau sempat bekerja di berbagai perusahaan niaga lain yaitu P.T. KPM dan Devizen Institute.
Dari pengalaman bekerja pada berbagai perusahaan yang semuanya bergerak dibidang perdagangan internasional (eksport-import), pada tahun 1941 beliau mulai berniaga dengan mendirikan warung yang selanjutnya berkembang dan berkembang menjadi importir terkemuka, antara lain dengan nama P.T. IMA Angkasa, Firma Rulan, P.T. Armada, P.T. Banyumas, sampai akhir hayatnya tahun 1981.

AKTIFITAS ORGANISASI/PERGERAKAN
Jepang masuk pada tahun 1942, melihat kesulitan pedangang kecil Indonesia terutama dalam hal pengadaan barang-barang pokok dalam menghadapi persaingan dengan pedagang Cina yang sudah memiliki organisasi sendiri (warung Bond Tionghoa), beliau dengan kawan-kawan mendirikan Persatuan Warung Bangsa Indonesia (PERWABI) dimana beliau sebagai penggagas menjadi ketua.
Kebutuhan akan adanya persatuan melalui wadah ini dapat dilihat dari antara lain dalam waktu hanya setengah tahun jumlah anggotanya 2000 dan bertambah menjadi 4000.
PERWABI memang bukan organisasi pengusaha swasta pribumi yang pertama di Indonesia. Jauh sebelumnya kita mengenal Haji Samanhudi dari Solo dengan Serikat Dagang Islam (SDI) nya.
Seperti pendapat seorang penulis, kalau SDI lebih dianggap sebagai organisasi yang bertujuan menghimpun kekuatan politik dalam menghadapai kekuasaan colonial, maka PERWABI ini memberikan tempat pada bangsanya untuk mengembangkan keterampilan professionalisme dalam usaha perdagangan bagi para pengusaha nasional pribumi. Mungkin segi praktis inilah yang memberikan makna lain terhadap gagasan beliau mendirikan PERWABl.
Meskipun demikian bukanlah bearti bahwa gagasan PERWABI tidaklah dilandasi jiwa perjuangan, karena kelahirannya sendiri didorong oleh semangat pembebasan untuk menjadi tuan dinegeri sendiri melalui persatuan pengusaha swasta nasional pribumi.
Pada waktu berdirinya PERWABI beliau menyertakan siswa-siswa dari Palembang yang putus hubungan dengan orang tua di kampung. Siswa-siswa MULO di ,Iakarta membantu beliau untuk mengembangkan PERWABI dengan sepeda keliling Jakarta. Dan siswa-siswa dari Palembang ini dibantu beliau untuk pulang ke kampungnya naik perahu Pinis dari Merak ke Panjang.
Pada tahun 1945 beliau bersama tokoh pengusaha dan para pakar ekomoni non pengusaha seperti Haji Abduh Gani Aziz, Dahlan Safei, Johan Johor, ddl mendirikan PTE ( Puasat Tenaga Ekonomi ) dimana beliau sebagai sekjen dan Mr. Assad sebagai ketua. Pada bulan April 1945 beliau diangkat sebagai ketua sampai terwuiudnya kedaulatan organisasi ini praktis menjadi pendamping perjuangan politik dan militer Indonesia dari sayap pengusaha.
Pada tahun 1945-1946 nenghimpun pedagang-pedagang di Jakarta yang (NONCO/REPUBLIKEN) membantu bahan makanan bagi pemuda yang bertempur melawan NICA/Belanda antara Kerawang Bekasi Jawa Barat.
Pada tahun 1945-1949, beliau juga diangkat sebagai anggota KNIP (sekarang DPR RI) disamping menjadi Ketua PTE.
Pada tahun 1949 PTE dibubarkan dan selanjutnya dibentuk Dewan Ekonomi Indonesia Pusat dan beliau dipercaya menjadi wakil Ketua.
Pada tahun 1949, beliau diangkat menjadi Komisaris Utama GINDO (Gabungan Importir Indonesia), yang didirikan antara lain oleh Rahman Tamin dan kawan-kawan sebagai wadah perjuangan dalam rangka meningkatkan kemajuan dan kemampuan importir pribumi dengan raksasa Belanda yang masih terus aktif, a.l Borsumij, Geoffrij, Van den Bosch dll yang dikenal dengan The Big Five.
Tahun 1956, pada Kongres Ekonomi Nasional Seluruh Indonesia (KENSI) di Surabaya, beliau terpilih menjadi Ketua KENSI.
Pada tahun 1964, beliau menjadi Ketua Harian BAMUNAS (Badan Musyawarah Nasional Swasta).
Pada tahun 1966, BAMUNAS dilebur menjadi GOPERNAS (Gabungan Organisasi Perusahaan Nasional) dan DENAS (Dewan Ekonomi Nasional), dimana beliau duduk sebagai Wakil Ketua.
Pada tahun 1969, beliau sebagai penasehat KKNI (Konfederasi Kamar Niaga dan Industri). Fungsi inilah yang kelak digantikan oleh organisasi Kamar Dagang dan Industri (KADIN).
Tahun 1967-1972 beliau anggota MPR periode pertama pada masa pemerintahan Orde Baru dari unsur pengusaha.

PENULIS BUKU PENDIDIKAN DAN SASTRA
Selain berjuang melalui organasasi pergerakan pengusaha Indonesia, sebagai guru di Taman Siswa, beliau sempat menulis buku "Ilmu Saraf Melayu Umum ", yaitu pelajaran Tata Bahasa Indonesia praktis yang mengisi kokosongan buku pegangan Tata Bahasa disaat maraknya Pergerakan Kebangsaan Pasca Sumpah Pemuda. Buku ini mendapat tanggapan yang luas dan dipakai secara luas pada Sekolah-sekolah menengah di Indonesia sejak tahun 1937 - cetakan pertama sampai tahun 1952 - cetakan kesembilan.
Dua karya sastra yang ditulis pada akhir tahun 1938, yaitu Karena Seroja dimuat bersambung di Majalah Panji Pustaka. Demikian pula Lakon Sandiwara Liku Gelombang Cinta yang dimuat pada Majalah yang sama.
Kedua buku tersebut bukan hanya berisi sastra saja tetapi sarat dengan semangat heroisme dan nasionalisme seorang anak muda yang disalurkan melalui buku-buku karyanya.

KEGIATAN SOSIAL DAN DAER.AH
Terlalu banyak untuk disebutkan satu persatu kegiatan sosial yang dilakukan beliau. Beliau adalah sebagai inisiator dan salah satu perintis berdirinya Masjid di pusat daerah elite ibukota - Menteng yang dikenal dengan nama Mesjid Agung Sunda Kelapa. Beliau menjadi Ketua Harian Mesjid tersebut dari sejak berdirinya tahun 1971 sampai akhir hayat beliau pada tahun 1981. Juga ikut menggerakan PPS ( Persatuan Perantau Sriwijaya ) di Jakarta, mengembangkan Budaya Palembang seperti menari, Lagu-¬lagu Daerah lainnya. Selain itu, beliau juga mendirikan Pesantren Abdurrahman di tanah kelahirannya Bunga Mas, Lahat yang tetap berjalan dan berkembang sampai sekarang.

Satu Rumah Mewadahi Semua Kebutuhan

Demi anak-anaknya, Chandra Motik membuat rumah yang nyaris serba ada. Ruang musik, salon, bahkan ruang sauna ada di sana.

@Body:Orangtua umumnya menginginkan anak-anaknya betah di rumah. Demikian pula dengan pasangan Dr Hj Chandra Motik SH MSc dan Dipl Ing H Yusuf Djemat. Dan berangkat dari keinginan itulah, suami istri ini kemudian membangun rumah dengan konsep ‘all in one’. “Kita membangun rumah ini dengan pertimbangan agar anak-anak bisa melakukan hampir semua kegiatannya di rumah,” kata Chandra yang selama ini dikenal sebagai pakar hukum kelautan.
Di atas tanah seluas lebih kurang 1.500 meter persegi, rumah ‘all in one’ itu kini telah terwujud. Seperti keinginan semula, rumah yang didominasi warna putih, coklat, hijau, dan kuning gading ini terbukti mampu mewadahi hampir semua aktivitas dan kebutuhan para penghuninya.
Berada di daerah Menteng, Jakarta pusat, rumah yang dibangun sekitar tahun 1997 itu tak hanya memiliki ruang tamu, ruang tengah atau ruang keluarga, tapi juga ruang-ruang lain yang boleh jadi jarang dimiliki oleh rumah-rumah pada umumnya. Sebut saja misalnya ruang musik, ruang salon, ruang fitnes, bahkan ruang sauna.
Berlantai lima termasuk basement, rumah di kawasan elit Jakarta ini bisa dibilang menyerupai kapal pesiar. Kesan ini akan muncul bila seseorang melayangkan pandangan dari teras belakang yang berada di sisi sebuah mini bar. Dari titik itu, cakupan pandangan begitu luas sehingga bagian dalam rumah pun bisa dengan jelas terlihat.
Dilihat sepintas dari luar, rumah yang berada di tepi jalan raya ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan rumah-rumah lain di sekitarnya. Namun begitu menerobos ke dalam, akan terasa bahwa rumah ini memiliki sesuatu yang lain. Berpagar hijau, rumah ini terlihat kaya dengan tangga dan pintu yang menghubungkan satu ruangan dengan ruangan lainnya.
Masuk dari pintu depan, dua patung batu besar seolah menyambut siapa saja yang bertandang ke rumah ini. Kemudian agak masuk ke dalam dari ruang tamu yang tak terlalu besar, terhampar satu ruang besar yang berisi satu set kursi bergaya klasik, satu set sofa berwarna gading, sebuah meja makan besar, dan sebuah piano besar. “Pada furnitur kita tidak punya konsep apa-apa yang penting nyaman dan kita suka,” tutur pengajar hukum kelautan Fakultas Hukum Universitas Indonesia ini. Tapi diakui oleh Chandra bahwa ia memang menyukai furnitur bergaya klasik. Alasannya? “Karena tidak cepat ngebosenin,” cetus wanita kelahiran 18 Pebruari 1954 ini.
Dari ruang tengah, selain bisa langsung menjangkau area belakang rumah yang berisi dapur kotor, kamar pembantu dan kolam renang, juga terdapat dua buah tangga yang berada di sisi kanan dan kiri ruangan. Tangga yang berada di sebelah kiri adalah tangga menurun yang menghubungkan ruang tengah di lantai satu dengan lantai basement. Selain ruang bermain anak, lantai basement juga dimanfaatkan untuk ruang bermain musik, ruang salon, dan garasi. “Anak-anak dan teman-temannya banyak menghabiskan waktu di sini,” kata ibu tiga anak ini sambil tersenyum.
Bila tangga di sebelah kiri menghubungkan dengan lantai dasar, maka tangga di sebelah kanan menghubungkan dengan lantai dua. Dari tangga inilah, seseorang bisa sampai ke ruang keluarga, ruang makan atas, dapur bersih, ruang tidur anak-anak, dan ruang tidur utama. “Di meja makan ini kita biasa makan bersama,” kata wanita yang meraih gelar doktornya dari Kennedy-Western University, Amerika Serikat pada tahun 1995 ini.
Di lantai dua ini juga terdapat ruang fitnes, ruang sauna, serta sebuah tangga yang mengarah ke kolam renang. Penempatan ruang demi ruang ini ternyata telah dipikirkan masak-masak. “Biar mudah, habis berenang, fitnes bisa langsung bersauna.”
Lalu bagaimana dengan lantai tiga dan lantai empatnya? Bagian kiri dari lantai tiga ini digunakan untuk ruang kerja sang tuan rumah. Sedangkan bagian kanan diperuntukkan sebagai tempat mencuci dan menjemur pakaian. Sementara lantai empat berujud sebuah loteng yang rencananya akan diubah menjadi kamar gelap untuk cuci cetak foto. mg01 ()